Dalam mitologi Yunani kuno, seseorang yang merupakan manusia pertama di dunia yang menciptakan sayap terbang menggunakan bulu burung dan lilin untuk anaknya, dengan tujuan agar anaknya dapat terbang tinggi.


Namun, ketika terlalu mendekati matahari, panasnya menyebabkan lilin meleleh, sehingga menyebabkan anaknya jatuh ke laut dan meninggal.


Belakangan, untuk pertama kalinya, manusia mampu lepas dari tarikan gravitasi bumi. Terbang ke langit dengan balon udara, meskipun harus bergantung pada api dan panas untuk dapat naik, ini menjadi paradoks menarik. Rasa takut, ketertarikan, dan pengejaran tanpa akhir terhadap terbang, meresap dalam tragedi yang menyedihkan dan paradoks yang menarik ini.


Pada abad ke-18, Mengelfi bersaudara dari Perancis menemukan bahwa udara panas dari api dapat membuat sutra dan konfeti meledak, membuka jalan bagi penemuan balon udara. Manusia tidak menjadi yang pertama terbang dengan balon udara; malah, bebek dan domba melakukan penerbangan eksperimental di atas Versailles tanpa cedera.


Manusia tidak ingin melewatkan pengalaman terbang seperti bebek dan ayam. Pada tanggal 21 November 1783, di Paris, manusia berhasil terbang selama 25 menit, melampaui keberhasilan pesawat yang baru bisa terbang 120 tahun kemudian.


Balon udara saat ini menggunakan balon terbuat dari potongan sutra nilon panjang yang diperkuat dengan jahitan di tengahnya. Nilon sangat ideal untuk balon udara karena tidak hanya ringan dan cukup kuat tetapi juga memiliki titik leleh yang tinggi. Bagian bawah balon dilapisi dengan kain tahan api untuk menghindari potensi bahaya api.


Kecepatan terbang balon udara tergantung pada kecepatan angin, karena balon tidak memiliki tenaga sendiri. Pilot harus sesekali memanaskan udara di dalam balon agar tetap terbang. Balon bergerak mengikuti arah angin, dan pilot memilih ketinggian yang sesuai dengan arah angin pada saat itu.


Saat ini, terbang dengan balon udara telah menjadi olahraga udara populer dan digunakan untuk fotografi udara, serta wisata udara. Mendaratnya balon memerlukan bantuan awak darat, yang mengikuti balon dengan truk atau minivan dan tiba di lokasi pendaratan terlebih dahulu. Mengapungnya balon membutuhkan bantuan 3-4 awak darat dan peralatan radio darat untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan penerbangan.